Jika diingat-ingat, sepanjang hidupku ini aku sudah mengalami 3 kali sakit hati yang dalam skala 1-10, sakitnya terasa di rentang 8-10. Dua diantaranya sudah kuatasi dengan baik. Kasih sayang tak terbatas dan rasa hormat menjadi resep mujarab untuk mema’afkan luka hati yang pertama. Sementara, gengsi dan harga diri memaksa aku untuk walking forward, dan kemudian waktu mengambil alih untuk mengeringkan luka kedua. Luka ketiga sementara ini masih basah. Aku dibuat tersiksa oleh luka yang satu ini.

Bayangkan saja… ketika sedang asyik melakukan aktifitas, tiba-tiba …tuing! Bayangan peristiwa yang menyakitkan itu melintas. Begitu tombol merah ini terpencet, seketika itu juga moodmu berubah. Dari happy… lalu mulai feeling blue…menjelma jadi bete…dan sret! Seperti sumbu kompor amarahmu pun tersulut. Seiring dengan itu kalenjar air matamu pun bekerja. Dan jika kamu pengidap alergi dapat dipastikan saat itu hidungmu mulai berubah warna. Menjadi merah dan berair. Lalu entah kapan mulainya, bahumu mulai terguncang dan isakan kecil terdengar (yang kadang-kadang semakin lama menjadi semakin nyaring). Selama beberapa saat, berlangsung proses campur aduk antara amarah, kecewa dan sedih. Dan sesudahnya, tubuhmu terkulai lemas dengan rasa ngilu di persendian, dan wajahmu tercoreng air mata di sana-sini bercampur ingus. Luar biasa jelek. (seperti yang pernah kukatakan, selain sayur blendrang, segala sesuatu yang dicampur aduk itu efeknya buruk dan rasanya tidak enak). Jika hal ini kau alami setiap hari, cuma ada satu kata yang tepat : Tersiksa.

Ups! Jangan dikira aku hanya berdiam diri. Bisa dibilang aku nyaris melakukan semua cara untuk melepaskan diri dari kondisi ini. Mulai dari membesarkan hati dan memotivasi diri, ide untuk terapi hipnosis juga pernah terlintas, bahkan juga menyakiti diri sendiri (semoga Tuhan mengampuni..) juga pernah kulakukan untuk lepas dari kepahitan ini. Tapi semuanya NOL BESAR. Hem, aku juga pernah mencoba menganalisa sumber sakit hatiku ini. Waktu itu aku curhat pada adik bungsuku via telepon.

“Bla..bla..bla… mungkin kalau aku terima tawaran si trouble maker itu untuk ketemuan trus aku ngelapasin semua emosi negatifku ke dia dan kalo perlu give her little bit slaps..aku bisa legaan dikit. Nggak nyesek seperti sekarang”, Ujarku sok ilmiah sambil setengah mewek. Adekku tertawa lalu katanya,” Kalau saat itu kamu ketemuan, saat ini pun kamu akan tetap menangis, sambil menyesali kenapa cuma give her little bit slaps dan bukannya kamu cabik-cabik sekalian”.

Aaarghh!

Komen yang menyebalkan. Lebih menyebalkan lagi karena secara akal sehat dia benar. Amarah itu tidak terpuaskan. Amarah selalu memiliki alasan dan kebenarannya sendiri.

Akhirnya, mamiku turun tangan. Tanpa menafikkan rasa marah melainkan mengendalikannya. 3 hari saja, katanya, kendalikan dirimu. jika sudah terlewati, mulai lagi 3 hari dan seterusnya.

Lantas bagaimana dengan luka itu?

Seperti juga luka yang ada di kulit, jika sakitnya tak terasa dia tidak berarti apa-apa. Jika amarah, sedih dan kecewaku sudah mereda, luka itu masih akan ada di sana. Di salah satu ruang hatiku. Tapi dia hanya sebagai penanda sebuah peristiwa besar yang sudah kumenangkan. Tidak lebih.

Nasehat yang masuk akal. Aku menurutinya. Hari pertama langsung gagal total. Aku tidak menyerah, kemudian aku berhasil selama sehari lalu meningkat satu setengah hari. Dan saat kutulis tulisan ini dalam bentuk draft, aku sudah melewati hari ke..5! Hore…..!!!

Aku bangga pada diriku sendiri. Buat kamu ini mungkin hal yang sepele.  Sebaliknya, buat diriku ini sesuatu yang luar biasa. Aku tidak perduli berapa banyak cara yang harus aku coba, nasehat yang harus kuturuti atau betapa sukar untuk melakukan itu semua. Karena aku sudah memilih dan bertekad untuk pulih dari kepahitan ini. Hidupku terlalu berharga untuk sebuah kepahitan. Kalau saat ini kamu mengalami kepahitan yang sama, please… jangan menyerah untuk pulih. Percayalah kita pasti bisa!

Di sisi lain (semoga aku tidak berharap terlalu banyak), aku berharap ketika kamu membaca tulisan ini, kamu mengerti bahwa yang terjadi padaku bisa saja terjadi (bahkan mungkin lebih buruk) pada seseorang yang kamu sakiti dan kecewakan. Terutama orang-orang disekitarmu yang selama ini menyayangi dan percaya padamu. Kamu tidak akan pernah tahu betapa besar kerusakan yang kamu buat pada hidup mereka. Ketika itu terjadi, segala sesuatu yang kamu miliki..uang, karir, wajah rupawan, kepintaran..itu semua tidak ada artinya. Apalah arti hidup jika kamu tak memiliki hati. Please… berhentilah menyakiti dan mengecewakan seseorang, setidaknya… berpikirlah ulang. Peace!

30/10/08